Serunya mengikuti Pelatihan Pemadam Kebakaran "Basic Fire Fighting"

Jadi ceritanya tadi siang saya baru saja ngikuti training "Basic Fire Fighting" yang diadakan oleh internal perusahaan tempat saya bekerja.
Meskipun bukan orang lapangan, setiap karyawan harus dibekali pemahaman soal berbagai hal yang berkaitan dengan Api (Api disini bentuknya force majeure yaa) dan bagaimana memadamkan "sumber api dini" tersebut.
Apalagi perusahaan tempat saya bekerja tersebut "jualan" barang-barang yang tinggi resikonya untuk terbakar.

Selain karena kegiatannya cukup seru, saya juga dapat ilmu dan pemahaman baru lhoo..
makanya saya jadi gak sabar kepingin berbagi hal tersebut (halah), mudah-mudahan bisa bernilai manfaat 😇
khususnya pula untuk ibu-ibu atau calon ibu yang setiap harinya bakal urusan sama api untuk kegiatan perdapuran..
terpujilah wahai Ibu-ibu sekalian 🙇


Pembekalan Materi

Untuk kegiatan pertama dalam pelatihan ini adalah pembekalan materi.. yap, karena kita gak bisa gitu aja terjun langsung dengan tangan kosong tanpa senjata ilmunya.



 

Mengapa bisa terjadi kebakaran?

Jadi menurut ilmu yang diberikan trainer dan petugas pemadam kebakaran (Damkar), kebakaran itu dapat terjadi karena bertemunya tiga elemen pendukung kebakaran dalam satu waktu, yaitu
Sumber Panas (sinar matahari, gesekan panas, listrik, reaksi kimia, bunga api, dll)
Oksigen (terdapat di udara 20%) dan
Bahan Bakar (Kayu, Gas, Bensin, Pelumas, dll)
Ketiga elemen tersebut diberi nama Segitiga Api.
Tanpa salah satu elemen tersebut (dan tentu atas kuasa Allah Swt) niscahya kebakaran tidak akan terjadi gaes.




Kebakaran dalam rumah, (biasanya) apa saja penyebabnya?

Sebetulnya materi yang diberikan tadi kebanyakan untuk mengantisipasi kebakaran pada lingkungan kerja (karena yang ngadain kan perusahaan)
Tapi karena ada peserta perempuan, trainer pun juga ngasih beberapa contoh kasus kebakaran yang sering terjadi didalam rumah.
(Lumayan kan jadi punya bekal untuk masa depan.. juga bahan untuk nulis di blog. hehehe)

Gas.

Masih menurut ilmu yang diberikan trainer, Gas yang seringkali meledak di dalam rumah biasanya disebabkan oleh selang regulator atau tabung gas yang mengalami kebocoran.
  1. Hal pertama ketika mencium gas yang bocor adalah, Don't Panic!
  2. Segera lepaskan regulator dari tabungnya.
  3. Jika kebocoran pada tabung, segera bawa tabung tersebut ke lapangan yang luas dan pastikan tidak ada yang menyalakan api disekitarnya.
  4. Jangan nyalakan lampu atau pemantik api. Ketika lampu pertama kali dinyalakan, akan timbul bunga api yang sangat kecil (kasat mata), Meski kecil, hal tersebut dapat memicu ledakan, karena kebakaran itu tidak memerlukan sumber api yang besar dan berkobar, percikan api kecil saja bisa menimbulkan ledakan jika bertemu dengan gas dan oksigen (prinsip segitiga api tadi)
  5. Selalu periksa dan rawat selang dan regulator dengan membersihkannya setelah kegiatan memasak selesai (supaya ndak digrogoti tikus)
N.B
Biasanya saat gas dalam tabung akan habis juga menimbulkan bau gas yang menyengat.
(Tapi pastikan terlebih dahulu indikator pada regulatornya yaaa, bahwa gas telah benar-benar habis)
Gas LPG yang biasa kita pakai dirumah itu, baik LPG 3Kg, 5.5 Kg atau 12Kg sebetulnya tidak menimbulkan bau, tapi karena sulit untuk mendeteksi kebocoran maka Pertamina menambahkan Senyawa Tiol (merkaptan) yang memiliki sifat bau yang kuat dan menyengat.
Nah.. ketika komponen pembakarannya habis (Propan, Butan Dkk) maka yang keluar adalah sisa senyawa Merkaptan dengan bau-nya yang menyengat tadi.




Listrik.
TRM
Dari banyaknya kasus kebakaran yang terjadi, listrik menjadi penyebab terbesar terjadinya kebakaran.
Salah satu penyebabnya adalah penggunaan stop kontak yang bertumpuk.
Satu stop kontak dihubungkan kembali dengan terminal tambahannya, kemudian dibebani dengan banyak perangkat elektronik, sehingga mengakibatkan stop kontak meleleh dan hangus.
belum lagi kabel yang digunakan kabel kecil yang tidak sesuai kapasitas, sedang daya yang digunakan besar.
hal ini bisa menyebabkan konsleting dan terjadi kebakaran.

Alangkah lebih baik untuk membuat instalasi listrik baru dan jangan lupa untuk selalu melakukan pengecekan secara berkala untuk meminimalisir terjadinya kebakaran..





Masakan (Overcooked).
detik

Beberapa waktu lalu saya pernah mendapati isi rumah saya penuh dengan asap, dengan panik kami mencoba mencari sumber asap tersebut..
Ternyata asap tersebut berasal dari masakan ibu saya yang terbakar dan hangus karena lupa mematikan kompor. Hehehe.

Hal ini dikarenakan lemak dan minyak dalam masakan yang notabene merupakan bahan yang mudah untuk terbakar, turut terbakar pula.

Nah, langkah terbaik untuk mengatasi masakan yang terbakar karena overcooked adalah dengan tidak menyiramkan air ke kompor untuk mematikan api tersebut, melainkan menutupnya dengan kain yang sudah dibasahi sebelumnya.
Karena menyiram dengan air justru malah akan membuat api semakin besar.

N.B
Untuk berjaga-jaga, sediakan pasir di bawah kompor sebagai langkah antisipasi bila terjadi kebakaran di area dapur.




Praktik Pemadaman Api Ringan

Setelah pemberian materi usai, kami diarahkan untuk ke Gedung Juang, Tambun-Bekasi (Karena latihannya di gabungkan dengan cabang kerja yang lain). 
Dibelakang gedung tersebut ada sedikit space yang sudah gak fungsikan lagi keberadaanya (padahal eman-eman lho.. bangunannya antik warisan Netherlands, diatas gedungnya ditulis 1910)
 
Gedung Juang, Tambun-Bekasi (yang ini masih difungsikan)

Untuk praktik atau simulasi pertama yaitu memadamkan api didalam tong besi yang sebelumnya sudah diisi solar sebagai bahan pembakaran, yakni menggunakan kain atau karung goni yang sudah dibasahi sebelumnya. 
Praktik ini dilakukan untuk menghilangkan salah satu elemen pembentuk terjadinya kebakaran, yaitu oksigen (udara).

"api juga butuh udara, emangnya manusia aja!"
Saya terkekeh dengar petugas damkar bilang begitu.
retjeh benar saya ini..😅

Yang harus diperhatikan adalah arah angin, pokoknya harus selalu fokus dan mencari posisi awal yang berlawanan arah dengan api-nya.
Lalu kalau sudah didepan api begitu harus haqqul yaqin, ndak boleh mundur lagi.. kalo mundur nanti apinya malah nyambar kita.
Dan gak boleh panik, biasanya kalo sudah dekat api beberapa ada yang melempar karung goninya, biar cepet.. hehe
Khawatir cairan pembakaran yang didalam tong keluar kemana-mana, parahnya mengenai tubuh kita.

Seru deh praktiknya.. petugas damkar pun nyampein pengarahan dengan nyeleneh, ditambah lihat tingkah lucu peserta yang beda-beda saat njalani praktek atau simulasi ini.




Untuk perempuan api-nya gak sebesar ini

Simulasi yang kedua pakai APAR (Alat pemadam api ringan), Apar ini isinya beda-beda, yaitu Foam, Powder & CO2.
Digunakan berdasarkan bahan benda yang terbakar.
Jika bahan yang terbakar berupa cair dan gas, maka apar yang digunakan adalah Powder.
Jika yang terbakar berhubungan dengan kelistrikan atau perangkat yang menggunakan listrik seperti komputer, televisi dan lain-lain maka menggunakan apar jenis CO2, supaya tidak meninggalkan bekas dan perangkat elektronik bisa digunakan kembali.

Tapi sayangnya saya ndak kebagian praktik menggunakan Apar, hanya beberapa orang saja yang berkesempatan..
Karena waktu yang tidak berkehendak (halah), arah anginnya pun gak mendukung.
Karena menggunakan Apar jenis powder, jadinya powder tersebut berterbangan gak tentu arah dan ganggu pernafasan para peserta.




"Kebakaran tidak dapat dihapus dari muka bumi, karena api adalah bagian dari kehidupan."

Komentar

Posting Komentar