Peran media dalam membangun sikap Optimis-me

Menyambung tulisan saya sebelumnya akan sikap optimisme Bangsa Indonesia.
Media atau pers (menurut saya) turut mengambil peran dalam membangun kondisi atau sikap tersebut.
Entah itu wawasan Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, dll dapat kita ketahui (sebagian besar) berasal dari media, baik itu berbasis elektronik maupun cetak.
Disamping pengalaman atau pemahaman akan realitas nyata yang terjadi di sekitar.


Yang harus diinsyafi adalah banyak wajah lain dari Indonesia yang tidak bisa diliput atau diungkap sepenuhnya oleh media. 
yang berarti pemberitaan-pemberitaan tersebut tidak bisa disebut mewakili gambaran utuh tentang Indonesia. atau refleksi sesungguhnya keadaan Bangsa Indonesia.


Dan kini (atau sejak dulu?) masalah lain timbul karena pemberitaan (sebagian) media yang lebih condong pada suatu hal yang negatif dan tidak berimbang. 
Selain dikaitkan dengan konflik kepentingan, dominasi pemberitaan buruk yang disajikan oleh media juga dihadirkan karena "kecenderungan" minat pembaca atau penerima berita yang menganggap berita buruk itu lebih "seru" untuk dinikmati dan diperhatikan daripada pemberitaan yang baik. atau dalam kata lain mengikuti selera pasar (atau selera pemilik kepentingan?) Hehehe.

Namun, Hal-hal tidak berimbang tersebut dapat dikikis dengan kemampuan analisis dan sikap kritis kita terhadap pemberitaan yang ditayangkan di media.
Dengan membandingkan sebuah berita yang di disiarkan oleh beberapa media, lalu menganalisis perbedaanya.
tidak "menelannya" secara bulat tanpa keraguan.


Tapi penyampaian berita "baik" yang masif juga bukan sebuah solusi. karena pemberitaan buruk juga diperlukan sebagai pemacu peningkatan kinerja pemerintah untuk lebih baik lagi.
Media hanya harus menyuguhkan berita secara berimbang sesuai dengan kaidah dan etika jurnalistik. 
Sehingga yang tampak adalah objektivitas suatu berita yang kemudiaan menumbuhkan sikap-sikap optimis-me.



sekian.