5 Fakta Soal Diri Sendiri


Day 6


Jika berbicara mengenai sesuatu hal yang berbentuk opini mengenai diri seseorang, sebetulnya menurut saya yang berhak memberikan penilaian tersebut adalah orang lain, baik itu yang mengenal kita secara dekat maupun tidak. Karena jika si penulis atau orang itu sendiri yang menyampaikan fakta-fakta mengenai diri mereka, maka mungkin hanya hal-hal positif saja yang akan sampai di permukaan. (ini mah saya saja mungkin ya..haha)
Meski maksud dari topik ini sebenarnya diangkat untuk menyampaikan fakta-fakta mengenai pribadi kita yang jarang atau tidak kebanyakan orang ketahui.




Introvert Labil

Fakta pertama ini bukan jadi hal yang aneh dilingkaran pertemanan yang saya miliki, sebagian besar teman menyebut saya sebagai wanita kalem yang tidak terlalu banyak bicara. Kok malah kedengeran gimana gitu ya?
Ndak, ndak.. jarang bicara karena sejujurnya saya pemalu (atau malu-maluin) saya lebih suka menjadi silent reader atau tukang nyimak ketika berada disebuah forum. Mungkin karena saya takut salah bicara, atau takut ketahuan dangkal-nya ilmu yang saya punya.
Tapi berbeda ketika berbicara empat atau enam mata dengan teman yang benar-benar sudah dekat, saya bisa berubah menjadi pribadi yang cerewet bahkan mendominasi isi percakapan. Atau yang bisa saya simpulkan, tergantung dengan siapa dan berapa banyak lawan bicara saya ya? #duh, berat.

Setelah dewasa, akhirnya saya menyadari bahwa pendiam-nya saya ini merupakan sifat turunan dari Ibuk, yang tidak kalah diamnya dalam menyimak sebuah obrolan.


Tukang Mikir a.k.a Melankolis a.k.a Tidak suka basa-basi

Fake
Dari sekian banyak tes psikologi yang saya jalani, sebagian besar mengatakan jiwa saya melankolis, menye-menye.
Saya juga dibilang terlalu kebanyakan mikir, sampai hal-hal yang seharusnya tidak saya pikirin malah mendominasi isi kepala saya.
Benar juga.
Apalagi dalam hal basa-basi, dulu saya orang yang jarang sekali basa-basi, sehingga saya sering dibilang kasar karena terlalu to-do-point.
Saking gak suka basa-basi, saya jadi gak pernah memulai percakapan duluan dengan seseorang, kecuali jika perlu saja. Termasuk kepada teman terdekat bahkan kepada orang tua saya sendiri (dalam aplikasi pesan singkat). Maapkan Buk, Pak
pancen sombong benar saya ini. 😅
Karena sering diprotes oleh beberapa teman, perlahan saya mencoba merubah sifat buruk saya yang teramat to-do-point ini. karena mereka bilang gimana saya mau dapat pacar katanya kalo begitu terus? saya kan jadi gimana gitu yha. hahaha


(bukan) Perfeksionis yang terorganisir.

True
Hidup saya penuh dengan rencana-rencana yang teristematis dan terorganisir, Kata teman saya.
Padahal menurut saya pribadi, hidup saya ini teramat amburadul dan tidak jelas arahnya. mungkin bisa saja saya mengorganisir sesuatu dengan sangat baik, namun tergantung pada momentum dan seberapa penting hal atau kegiatan yang akan saya jalani nantinya (mulai ketauan songong-nya kan. hahaha)
 
Untuk kegiatan jalan-jalan karena itu kegemaran utama saya, saya bisa membuat itenary kegiatan tersebut sampai se-epic mungkin, detail sampai jam dan perkiraan hambatan yang mungkin saja terjadi di depan nanti. Destinasi yang akan kami datangi juga destinasi terbaik sesuai budget dan waktu yang kami miliki. Sampai rela tidur pagi kalau sudah ngomongin itenary jalan-jalan.
Tapi ketika dihadapkan pada sebuah pekerjaan, saya memilih mengalir saja seperti adanya. gak usah epic-epic bangetlah, sesuai pendapatan yang diterima saja.😅



Suka hal jadul..

Kalau tidak salah saya pernah menulis dua atau tiga hal yang berkaitan dengan sejarah.
Karena memang saya menyukai semua bentuk yang berkaitan dengan hal-hal yang berbau kedulu-duluan ini, selera musik dan bahan bacaan yang saya suka pun kebanyakan lawas semua, termasuk jenis kendaraan dan telepon genggam yang saya punya juga tidak kalah tua-nya (kalo ini sih lebih tepatnya karena gak punya modal saja.. 😅)


Saya pernah kecewa sama jalan Tuhan.

Setelah lulus kuliah, saya resmi jadi jobseeker sejati. Yang kerjaanya interview, psikotest, interview, psikotest terus. Bahkan sampai dengan saat ini. sampai harus rela bolak-balik Jakarta untuk mendapat sebuah pekerjaan (dambaan). 
Sampai pada satu titik saya mendapat kesempatan mengikuti proses seleksi sebagai Non Cpns di salah satu lembaga milik pemerintah yang mengelola buku-buku dan kearsipan di Kota Bandung. 
Saya terlalu “berharap” ini adalah jalan Tuhan yang akan menempatkan saya pada sebuah pekerjaan yang berkutat dengan hal-hal yang saya gemari.

Tapi ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataanya, dan saya kecewa.
Namun kemudian setelah saya insyafi benar, saya menyesal. Mungkin ini adalah cara Tuhan mendewasakan hamba-Nya. Tuhan mendidik saya untuk menjadi seseorang yang lebih ikhlas, dan bersabar. Serta tidak terlalu berharap akan sesuatu hal yang bersifat ke-duniawian.
Tuhan ingin saya belajar hal lain yang jauh lebih berharga daripada sekedar mengejar passion. Barangkali bekerja disana menjadikan saya lebih jauh dengan-Nya?
Ternyata saya tidak cukup baik karena kecewa kepada Tuhan hanya karena kenyataan yang saya dapatkan tidak sesuai dengan harapan yang telah saya bangun. berat.



Yaa.. begitulah saya dengan Fakta-fakta nya, semoga ini diamini juga oleh teman-teman terdekat atau yang mengenal saya dengan baik, yang berarti saya telah benar-benar sukses mengaji diri sendiri.

Komentar