Purwakarta, West Java.

Setelah sekian lama gak jalan-jalan, akhirnya saya bisa lagi merasakan gimana rasanya menikmati pemandangan indah yang haqiqi dari dalam kaca jendela kereta api. →intro lebay
perjalanan ini adalah perjalanan absurd yang saya dan kedua sahabat laki-laki saya lakukan, absurd karena kami dengan iseng dan tanpa tujuan naik kereta api ke sebuah Kabupaten di Jawa barat yang memiliki puluhan destinasi yang sedang nge-hits, Purwakarta.

Bukan untuk melihat pemandangan, berwisata di Taman Air Sribaduga, atau ke waduk besar Jatiluhur. melainkan untuk membeli satu mangkuk bakso dan kemudian kembali lagi.
Bukan, bukan karena saking mewahnya seporsi bakso besar dengan kikil dan daging yang membahana sehingga kami rela jauh-jauh berkereta dari Bandung untuk membelinya.. melainkan pelarian kami yang hanya tidak tau mau apa dan kemana. TragisπŸ˜‚




Untuk pulang pergi ke Purwakarta, kami gunakan Kereta Api Lokal Cibatu yang berangkat dari stasiun Kiara Condong pukul 11:35 dan sampai di Purwakarta pukul 14:50, Kereta kemudian kembali ke Bandung pukul 15:45. Jeda satu jam yang hanya bisa kami gunakan untuk sembahyang dan melahap Bakso yang dijual dipelataran Stasiun.




Ngalor ngidul pembicaraan kami bertiga didalam kereta, dari mulai curcol bicara mengenai 'mantan', iya M.A.N.T.A.N (gitu-gitu juga mereka punya mantan)HAHA!. sampai dengan sok-sokan ngomongin saham mayoritas managemen & peralatan (bukan tanah lho ya) Freeport yang sekarang hampir jadi milik pemerintah πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Kesotoyan juga hadir pada saat teman saya dengan lantangnya menyebut sebuah proyek besar di pinggir rel kereta api dekat Stasiun Plered dan mengklaimnya sebagai proyek Kereta Api Cepat yang padahal entah apa? πŸ˜…
Entah manusia-manusia macam apa kami di mata mereka, orang-orang aneh yang kerjaannya cuma cekikikan gak jelas, sebentar-sebentar leyeh-leyeh manja, sebentar-sebentar makan, sebentar-sebentar melongo liat pemandangan.


Tapi justru kesotoyan-kesotoyan itu hiburan yang sesungguh-sungguhnya hiburan di dalam kereta yang kadang-kadang cuma diisi jeritan anak-anak yang gembira bisa naik kereta api, seperti hal-nya kami πŸ˜‰






















Selidik punya selidik ternyata penumpang galau bukan hanya kami saja, sebagian besar pengguna kereta api Cibatu ini pun melakukan hal yang sama. Cuma pingin berkereta seharian, entah itu agenda piknik atau lain hal-nya, wes itu thok.
Ada dedek emesh sama ibu-nya, bapak-nya, nenek-nya, kakek-nya, buyut-nya juga mungkin. ada pasangan muda-mudi yang mengakuisisi dua banjar kursi berhadapan untuk mereka berdua, ada juga dua ekor manusia galau yang mendekati kepala tiga bersama seorang wanita muda belia πŸ˜šπŸ˜‚ dan pastinya ada juga yang benar-benar lepas mudik dari kampungnya.






Komentar