mungkin memang hanya "ukhrawi" yang bisa menjawab



Suatu sore sepulang saya bekerja, di perempatan jalan besar yang selama enam tahun ini telah akrab saya lewati.
Ada pemandangan yang tidak biasa pada salah satu sudut penyeberangan tepat di seberang tempat saya menunggu lampu Apill hijau menyala.


Disana saya mendapati seorang bakul makanan yang duduk pada sebuah tepian trotoar jalan.
Terlihat sesekali menghela nafas sembari terus mengulang-ngulang menghitung uang hasilnya berdagang, beberapa lembar uang pecahan lima ribu rupiah yang kemudian digenggamnya rapat.


Mengabaikan puluhan orang yang mungkin saja memperhatikannya, seperti saya.

Aneh rasanya, pada suatu sisi saya berada pada sela-sela deretan mobil-mobil bagus nan mewah..
Disisi lain saya mendapati pemandangan itu, pemandangan seorang bapak yang kepayahan.

Pikiran saya kembali menjadi seorang kanak-kanak yang pesimistis dan selalu bertanya.
Mengapa ada dua golongan dalam kepemilikan harta dalam kehidupan ini..
Seseorang dengan jumlah harta yang sedikit.
Dan seorang lain yang memiliki harta dengan jumlah berlimpah, atau yang ramai kita sebut dengan 'kaya'.
(meski sedikit dan banyak ini subjektif)

Semakin modern dan berkembangnya manusia, menjadikannya makhluk yang individualistis, yang penuh dengan motif individual dan tidak bisa "dikotak-kotakan". Tetapi yang terjadi pada harta adalah sebaliknya..
Terkadang diakui atau tidak, penilaian seseorang akan seseorang yang lain datang berdasarkan golongan mana ia berasal...
Meski memang tak semuanya memberlakukan hukum kasta tersebut.  

Komentar