Momentum 50
Saya
bukan simpatisan organisasi yg masih menjadi hal yang paling tabu dan haram
untuk dilafalkan di dalam negeri Indonesia Raya ini.
Saya tidak pernah berkaitan dan memiliki ikatan kerabat dengan alumni anggotanya.
Momentum
50 tahun terjadinya pembantaian masal, pembunuhan besar-besaran. Banyak individu-individu modern yang menyikapinya dengan beragam,
Bagaimana sejarah yang sebenarnya diungkap atas dasar kemanusiaan. Tanpa adanya tuntutan.
Sejak kecil saya mencintai sejarah.
Membaca biografi ketokohan dan ragam peristiwa pergolakan politik masa silam, sepertinya wagu (ungkapan berbahasa jawa yang berarti tidak pantas) bagi saya jika sekarang bicara politik dan sejarah mengingat saya adalah lulusan akuntansi (yang benar tidak ada kaitannya dengan masalah ini, yang memang saya sadari bahwasanya saya salah masuk jurusan sedari awal😅)
tapi inilah yang jelas menjadi minat saya...
Membaca biografi ketokohan dan ragam peristiwa pergolakan politik masa silam, sepertinya wagu (ungkapan berbahasa jawa yang berarti tidak pantas) bagi saya jika sekarang bicara politik dan sejarah mengingat saya adalah lulusan akuntansi (yang benar tidak ada kaitannya dengan masalah ini, yang memang saya sadari bahwasanya saya salah masuk jurusan sedari awal😅)
tapi inilah yang jelas menjadi minat saya...
salah satunya sejarah lama, sejarah luka G30S
Beberapa buku memoar, satu film karangan militer dan dua film dokumenter buatan warga negara amerika mengenai catatan kelam sejarah indonesia ini sudah khatam saya baca.
Beberapa buku memoar, satu film karangan militer dan dua film dokumenter buatan warga negara amerika mengenai catatan kelam sejarah indonesia ini sudah khatam saya baca.
Ada yang mungkin merasa bahwa negara atau pemerintah
khususnya harus meminta maaf kepada para keluarga korban yang dihukum tanpa
diadili (dibunuh atau diasingkan sebagai tapol)
Ada juga individu yang berteriak lantang, bahwa komunis
harus mati, dan siapapun orang yg membela adalah antek komunis dan jelaslah
bukan seorang nasionalis.
Serta, ada juga yang dengan santai berkata "biarlah pemenang yang menuliskan sejarahnya, yang lalu biar berlalu"
Pada penghujung tahun ini, negeri kincir angin bahkan
menjadi media penggelar persidangan khusus atas kasus pelanggaran berat HAM mengenai kejadian di Indonesia yang dimulai sejak tanggal 30 September 1965 sampai akhir tahun 1966 ini berdasarkan pengajuan
gugatan lembaga non-pemerintah yang tidak mewakili suara pemerintah atau negara
manapun.
Bagi saya yang hanya belajar dari catatan dan film-film
dokumenter, yang terpenting adalah bukan bagaimana tejadinya politik pada saat itu. Dan bagaimana seharusnya individu₂
menyikapinya pada masa ini..
Melainkan, bagaimana 'pelurusan' sejarah.. Bagaimana sejarah yang sebenarnya diungkap atas dasar kemanusiaan. Tanpa adanya tuntutan.
Komentar
Posting Komentar