Semeru



Berbeda dengan perjalanan saya ke Gunung Papandayan kemarin, pendakian menuju puncak tertinggi di ranah jawa ini diwarnai dengan semangat 45 yang bergerilya *yihaaa.

Intinya perjalanan ini memang “diniatin banget” mulai dari menentukan tanggal yang pas untuk melarikan diri, reservasi tiket kereta api sejak H-90, logistik, peralatan, perlengkapan dan lain sebagainya termasuk kesiapan fisik dan yang paling-paling-paling penting dan selalu digaris bawahi oleh para pendaki terdahulu
(terdahulu?) adalah kesiapan “Mental”.
Tim dalam perjalanan awal ini adalah Saya, Widhi, Mas Diki, Kang Dede Ijot beserta istri tercintanya Teh Asri, ditambah dengan Debby yang menyusul dari Jogja.

12 Mei 2015
16:30 Tim (Tanpa Debby) berkumpul di Stasiun Kiara Condong.
St.Kiara Condong


17:00 Perjalanan dimulai dengan menggunakan Kereta Api Malabar.
     (Rak di atas dan di bawah kursi, dari kursi terdepan sampai dengan yang paling belakang dalam satu gerbong Kereta Api yang kami naiki berisi carrier gede-gede” milik para manusia-manusia pendaki yang sudah dapat dipastikan bahwa kami semua memiliki destinasi perjalanan yang sama yaitu Gn.Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang, Malang”



13 Mei 2015
06:30 Selfie dengan anggota tambahan, yang bergabung sejak pemberhentian di Stasiun Tugu Jogjakarta Pukul 02:00 dinihari tadi.
KA.Malabar Ekonomi


10:00 Mendarat dengan bahagia di Stasiun Malang meskipun Ngaret selama satu jam.  
Setelah sarapan disebuah rumah makan yang terletak persis di samping Stasiun Malang, kami berkenalan dengan enam orang rombongan yang tergabung dalam sebuah komunitas fotografi di akun media social instagram bernama “InstaNusantara” Tim Mereka terdiri dari Salman, Wiwit dan Kemal (Bandung), Rio dan Dian (Malang), dan Dika (Jakarta).

11:00 Setelah memastikan kesamaan destinasi yang kami tuju, kami sepakat untuk bergabung agar mendapatkan biaya yang murah dalam hal carter-mencarter angkot maupun jeep. 
Stasiun Malang
 
12:00 Pasar Tumpang
Sampai di Pasar Tumpang, kami mengurus persyaratan Perijinan SIMAKSI berisi pendataan kelompok dan alat tempur dengan lampiran fotocopy KTP beserta surat sehat asli, serta pembubuhan tandatangan ber-materai diatas sebuah surat pernyataan bahwa pendakian berasuransi hanya sampai dengan Kalimati.(Sembari numpang berteduh karena sambutan hujan deras yang tiba-tiba turun dan menghambat perjalanan lanjutan kami untuk menuju Desa Ranupane).

13:30 Setelah hujan reda, tim bersiap Menuju Desa Ranupane, pos awal pendakian dengan menggunakan sebuah jeep hasil sewaan dengan tarif sekali jalan 650ribu rupiah untuk kami berduabelas.

15:30 Tiba di Desa Ranupane, Salman dan Dika bertugas mengurus Birokrasi terakhir, yaitu pembelian Tiket dan Proses Pengajuan SIMAKSI (Pembubuhan Stempel atas persyaratan yang kami siapkan saat berada di Pasar Tumpang tadi).

Alkisah..
17:00 Salman kembali dengan membawa berita duka, bahwa kami semua seharusnya mengikuti briefing bersama dengan pengurus Gn.Semeru ketika sampai tadi sebelum membeli tiket, karena disanalah proses SIMAKSI dan pengecekan alat tempur dilakukan, baru kemudian dilakukan pembelian tiket sebelum penutupan loket Pukul 16:00.

18:00 Rapat dimulai (ceileh)
Karena pendakian tidak diijinkan sebelum memiliki tiket & SIMAKSI, dan kami yang mengejar waktu untuk dapat summit karena jumlah hari yang kami miliki di Malang terbatas, maka kami menyusun Plan A & B, Plan A mencoba sekali lagi memaksa masuk dengan terlebih dahulu mengikuti briefing, dan Plan B untuk masuk dengan cara ilegal melewati jalur bernama ayag-ayag dengan pintu masuk sebelum Desa Ranupane.

19:00 Kami mengikuti briefing serta pengecekan alat tempur yang kami bawa. ketika ditanyakan soal tiket, kami yang jelas-jelas belum memiliki barangyangmenjadiperdebatanitu akhirnya tidak diijinkan untuk memulai pendakian malam ini.
Kang Dede Ijot mencoba bernegoisasi dengan para pengurus TNBTS dan kembali dengan hasil akhir yang tetap mengecewakan.

19:30 Rapat lagi (ceileh lagi)
Plan B akan dilaksanakan menjelang larut untuk melonggarkan penjagaan pintu masuk (backsound: mission impossible). Dan untuk mengisi waktu serta menghilangkan rasa kesal, kami bermain kartu remi di rumah makan yang terletak tak jauh dari tempat briefing.

Disela-sela permainan, kami didatangi oleh tiga orang pengurus TNBTS yang menyarankan kami untuk segera beristirahat dan mendirikan tenda di sekitar danau regulo atau beristirahat di aula briefing yang telah disediakan pengurus, ditambah dengan upaya menakut-nakuti kami agar tak tetap "kekeuh" untuk mulai pendakian malam ini.

21:00 Setiap gerak-gerik kami terus diawasi oleh orang-orang yang berjaga disekitar ranupane, sehingga sepertinya mustahil untuk bisa melewati jalur ayag-ayag. Satu jam kemudian atas kesepakatan bersama akhirnya kami para pendaki-pendaki tak tahu aturan ini mengibarkan bendera putih (halah) dan beristirahat.
dan pada akhirnya... terbuanglah waktu yang sangat berharga ini. Sumber : Dok.Wiwit



14 Mei 2015
07:30 Setelah packing dan sarapan, kami berdua belas memulai perjalanan ini tanpa impian yang berjarak 5CM mengambang di depan kening (Korban Pilem).
 
13:00 Setelah mengitari perbukitan dari pos 1 sampai dengan Pos 4 akhirnya kami sampai di Danau Ranu Kumbolo, surganya gunung semeru.


Red - Ranu Kumbolo



Tim berikutnya - Sumber : Dok. Wiwit

Sambil menunggu tim kedua (Baru Pos satu tim sudah terbagi menjadi dua), kami membuat makan siang darurat persis di bibir danau. dengan semilir angin dilengkapi pemandangan yang luar biasa indahnya, nafsu makan saya meningkat menjadi 3 kali lipat #AlibiRakus
Ranu Kumbolo


15:00 Tim kedua akhirnya sampai di ranu kumbolo, dan kami semua makan besar (lagi).

Masak-masak

Makan Besar - Ranu Kumbolo

Ranu Kumbolo
18:00 Kami melanjutkan perjalanan untuk menuju pos kalimati, pos terakhir camp untuk menuju Mahameru (nama lain puncak gn.semeru).
Trek yang kami lalui  :
1. Sebuah tanjakan yang berada di tengah-tengah dua bukit dan bernama populer "tanjakan cinta" (dengan segala mitos yang terkandung didalamnya #eaaa)
2. Padang luas bernama oro-oro ombo yang ditumbuhi tanaman berwarna ungu mirip lavender, berupa tanaman invasif yang konon bernama Verbena Brasiliensis Vell.
3. dan terakhir Pos Cemoro kandang.

22:00 Sebelum memasuki Areal Jambangan, satu pos terkahir menuju kalimati. Tim sepakat mendirikan tenda untuk beristirahat karena salah satu anggota tim sudah kelelahan. 

23:00 Istirahat sejenak untuk bersiap summit

00:00 briefing dan persiapan perlengkapan.


15 Mei 2015
01:00 Setibanya di kalimati 
Tragedi awal dimulai dengan salah mengambil jalur masuk yang terdapat longsoran jalan dan membuat para pendaki yang melalui jalur ini meng-antre. Padatnya pendaki yang meng-antre membuat banyak dari pendaki lain memutuskan untuk #gagalmuncak.

Setelah berhasil melewati longsoran, kami melanjutkan perjalanan sampai dengan cemoro tunggal (batas vegetasi akhir) sebelum trek berpasir.
Pada saat break Debby mengalami Hipothermia, dan setelah memulih akhirnya kami putuskan untuk menghentikan perjalanan.

Kalimati - Semeru
Puncak - Sumber : Dok.Rio


Duo Gimbal Gagal Muncak  - Kalimati

08:00 Setelah puas berfoto di kalimati, kami berlima kembali ke tenda yang kami dirikan di sekitar pos Jambangan tadi malam dan kemudian beristirahat.
Jambangan

14:00 Packing-packing untuk kembali menuju Ranu Kumbolo, mendirikan tenda dan bermalam disana.

15:00 Melalui pos oro-oro ombo.
 Sangat disayangkan kabut menutupi areal padang tanaman invasif berwarna ungu berdiameter super luas ini.

Wonder Girl's (Korean Girl Group) - Sumber : Dok.Bang Dicka

Sumber : Dok. Dian a.k.a Pak RW

20:00 Mendirikan tenda dan acara makan malam sudah selesai, saatnya untuk briefing terakhir sekaligus meng-evaluasi perjalanan selama tiga hari ini, Pesan dan kesan pun tak lupa kami sampaikan secara bergiliran.

Berpelukan...

Berpelukan...



16 Mei 2015
04:00 Kami berenam (Saya, Debby, Widhi, Mas Diki, kang Ijot & Teh Asri) tanpa yang lainya melanjutkan kembali perjalanan ke desa ranupane untuk mengejar jam keberangkatan kereta pukul 5 sore nanti.

Sumber : Dok.Teh Aci

Model Magang - Sumber : Dok.Teh Aci

09:00 Pendakian berakhir disini, Desa Ranupane.



"Berfoto di balik gumulan asap jonggring saloka, di tanah tertinggi dipulau jawa, diatas nisan seorang pemuda yang berani mengkritisi kebijakan orde lama (soe hok gie) masih menjadi PR 😅" 

Komentar