Papandayan Journey

Pendakian ke gunung yang terletak di Desa Cisurupan Kabupaten Garut ini memang sama sekali tidak direncanakan jauh-jauh hari. saya dan teman memang berniat treking ke Gunung Papandayan tanpa camp, alias pulang - pergi dengan tujuan akhir Tegal Alun (Padang Edelweis).

Januari 25, 2015
pukul 06:00 pagi, kami berangkat menuju garut dengan menggunakan sepeda motor, beruntung jalanan rusak di Desa Cisurupan yang kami lewati baru saja diperbaiki 3 bulan yang lalu. 

Kami sampai di Camp David Pukul 08:00 Pagi, dan kemudian mengisi formulir kedatangan di Pos I, Pos Pendaftaran Gunung Papandayan.

Pukul 8:30 kami memulai pendakian ini.
Jalur pertama yang kami lewati adalah kawah, dengan kontur jalan bebatuan dan bau belerang yang menyengat.


Kawah Aktif Gn.Papandayan

Trek Awal yang sangat luas


Dari kawah kami menemukan plang berisi petunjuk jalan, jika ke kiri langsung ke hutan mati dengan bukit bebatuan dan kerikil (yang katanya) cukup terjal dengan tanda larangan disampingnya. Jika ke kanan jalan memutar menuju pondok salada (Camp).
Karena kami adalah pendaki amatir, kami memilih Jalur Pondok Salada yang memutar, dengan trek awal jalan disisi tebing.

Di tengah perjalanan terdapat longsoran tebing yang memutus jalur, dan akses jalan satu-satunya adalah harus menuruni tebing terlebih dahulu. Diperjalanan bawah tebing kami juga menemukan aliran sungai kecil yang jernih dan begitu dingin #brrr

Sungai Kecil - Gn.Papandayan

Sebelum Sampai di Pondok salada kami melewati Camp Gober Hut, istirahat sebentar kemudian melanjutkan perjalanan ke Pondok Salada.

Pos II - Gober Hut
Sesampainya di Pondok Salada kami terus berjalan menuju Hutan Mati, di tengah perjalanan kami melihat hamparan edelweis yang menakjubkan. Bunga dengan nama latin Anaphalis Javanica ini belum mekar karena masih berada di musim penghujan.

Padang Edelweis

Anaphalis Javanica

Edelweis dan Figuran dengan background Pondok Salada Camp
Pukul 11:00 kami sampai di hutan mati, sedikit lama karena jalanan yang digenangi lumpur dan mengharuskan kami mengganti sandal terlebih dahulu, juga jaket yang basah oleh keringat.



Break selama setengah jam untuk mengisi amunisi dan ajang bernasis-narsis ria. Pukul 11:30 kami berangkat menuju Tegal Alun dengan trek yang penuh dialiri air hujan yang tidak berhenti sejak perjalanan hutan mati tadi.

Pukul 12:30 siang, kami sampai di Tegal Alun, sangat di sayangkan ketika membuka kamera kabut tiba-tiba menutupi areal surganya edelweis ini.

Edelweis - Tegal Alun


Semakin derasnya hujan membuat kami memutuskan untuk segera turun pukul 01:00 siang. Sesampainya di hutan mati, kami bertemu dengan rombongan mas-mas yang juga akan kembali menuju Pos I, tetapi jalan yang mereka ambil adalah jalur kawah, bukan memutar melalui pondok salada. Baiklah saya ikut saja.

Jalannya memang terjal menurut saya, ditambah dengan jurang kawah aktif yang tepat berada di sisi kanan jalan ini (namun masih aman untuk dilalui), dan kami sampai kembali ke trek awal kawah pukul 02:00 siang kemudian istirahat sejenak. (*jalan alternatif yang saya rekomendasikan bagi yang ingin cepat sampai.



Sepatu Buluk yang setia menemani - Kawah


Pukul 03:00 sore, akhirnya kami sampai kembali di Camp David/Pos. Setelah bersih-bersih dan melapor kembali ke pos, pukul 04:00 sore kami pulang.


Komentar