Apakah Ini Sebuah Filosofi ?


Jatidiri
Saya disini bicara atas apa yang dinamakan pembentukan jati diri seseorang, bahwa saya percaya
betul lingkungan adalah faktor yang berperan penting atas apa dan siapa diri kita saat ini. Terlebih saat usia beranjak remaja, larangan-larangan orang tua yang sejatinya merupakan hal yang terbaik untuk kita (menurutnya) seringkali mulai tak di indahkan.
Saya bicara pada saat saya sekolah di sekolah menengah pertama swasta, dan sekolah menengah atas swasta. sekolah untuk kalangan menengah kebawah. Di dalamnya terdapat berbagai siswa dan siswi yang beraneka ragam sifat dan kepribadianya, seperti kebanyakan sekolah pada umumnya. Karena menurut saya pembentukan karakter diri di mulai dari fase awal, yaitu  remaja.
Lalu apa yang berbeda ?
Saya sebetulnya tidak pernah ingin membedakan kualitas pendidik dari sekolah swasta atau negeri, maupun sekolah swasta favorit. Karena itu sama saja membunuh jiwa kaum pendidik yang notabene pahlawan tanpa tanda jasa itu. Tetapi ini begitu sangat penting bagi saya.

Entah mengapa, perasaan saya berkata sebagian besar pendidik dari sekolah saya dahulu bekerja setengah hati, memberikan kualitas mendidik yang jauh dari kata baik, yang berarti juga mempengaruhi kami sebagai peserta didiknya, bukan?.
Bahkan perekrutan pendidik yang sebenarnya tidak masuk dalam kriteria pun di masukan.
apakah masalah kesejahteraan pendidik yang tidak terpenuhi? karena pihak sekolah yang menyesuaikan gaji pendidik dengan biaya pendidikan yang berasal dari pundi-pundi keuangan orang tua kami yang serba pas-pasan. Naïf !
Ini juga bukan berarti semua pendidik yang berasal dari sekolah negeri dan swasta favorit merupakan pendidik yang benar-benar pendidik.
                                      
Kemudian karena latar belakang pertemanan, saya tidak bicara bahwa seseorang yang bersekolah di sekolah swasta untuk kalangan menengah kebawah merupakan orang-orang yang benar-benar tidak mampu untuk membiayai pendidikan yang lebih, atau bicara masalah akademis yang mentok sana-sini. Bukan juga ingin menghina kalangan bawah yang katanya serba tak berpendidikan dalam berperilaku. Tidak semua
Bahwa saya juga merupakan kelompok dari kalangan itu,
Tapi sebagian besar teman-teman saya pada sekolah menengah pertama, memilih untuk tidak menamatkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Lebih banyak karena memang masalah keuangan yang kurang bersahabat bagi kami, ataupun pola pikir yang tidak maju dan tidak memandang jauh ke depan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar untuk menjaga gengsi, tetapi juga pendidikan dibutuhkan sebagai salah satu pedoman hidup manusia.
Saya banyak mengamati, bahwa seseorang akan berteman dengan seseorang yang lain yang memiliki satu pandangan, pola pikir, kepribadian dan tujuan yang sama. Maka terbentuklah kelompok-kelompok pertemanan di dalam suatu sekolah yang berisi kelompok anak cerdas, kelompok anak emas, kelompok anak-anak berlebih harta (kaya), kelompok anak pencinta lawan jenis, kelompok anak pandai berorganisasi, dan kelompok-kelompok lainya.
yang beruntung adalah anak yang memiliki kepribadian bebas yang baik, mereka dapat keluar masuk dalam setiap kelompok yang berbeda.
Dan yang paling sial adalah seseorang yang tak berprinsip dan terbawa arus, salah-salah mereka membentuk kelompok yang berisi anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian, entah dari pihak orang tua, maupun lingkunganya (anak-anak badung).
saya bukan peramal masa depan, tapi saya melihat sebagaian besar kenyataan itu sekarang.
Teman saya dari kelompok anak cerdas dan anak berlebih harta (kaya), mereka sekarang sedang berkuliah di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Tentunya kelompok anak cerdas bukan semua datang dari keluarga yang mampu. Oh ya, saya adalah orang yang sangat tidak setuju bahwa jumlah kepemilikan uang mempengaruhi tingkat kepintaran seseorang.
Teman saya dari kelompok pecinta lawan jenis, mereka sekarang sedang sibuk mengurus anak dan suami/istri.
Dan teman saya dari kelompok kurang perhatian atau yang sama sekali tidak mendapat perhatian, sebagian membentuk kelompok-kelompok yang lebih besar di luar. kelompok hura-hura, kelompok anarkis, kelompok yang mungkin ingin di anggap keberadaanya bahwa mereka juga seseorang yang hebat. Dan tentunya sebagian besar juga menunjukan dengan jalan yang salah karena pemahaman dan pola pikir yang salah juga tentunya.
Tetapi tidak semua kasus seseorang berkembang sesuai dengan kelompok mana dia berasal.
Ada juga teman saya si A, berasal dari kelompok cerdas tetapi kurang beruntung, tidak memiliki kesempatan  mengenyam pendidikan yang berstrata tinggi karena faktor biaya dan menjadikanya seorang pekerja, teman saya si B berasal dari kelompok anak kurang perhatian yang saat ini malah menjadi aparat penegak hukum atas tindak perbuatan kriminil.

Pada kenyataannya pada sekolah swasta maupun negeri, kelompok-kelompok itu jelas ada, yang membedakan menurut saya adalah bagaimana cara seseorang yang bertanggung jawab atas kami (pendidik) mampu melakukan tugasnya  mengawasi dan membatasi, memberikan arahan bagaimana seharusnya pola pikir dan pemahaman bagi kami kaum remaja itu dijalankan terlepas dari seberapa besar gajinya, seberapa tinggi tingkat kesejahteraan hidupnya, dan apa saja fasilitas yang di dapat selama menjadi tim pendidik.

Dan faktor lain yang menurut saya tidak kalah penting dari faktor lingkungan adalah bagaimana peran orang tua seiring bertumbuhnya pemahaman anak akan hidup.
Saya tak pernah berkeluh kesah dan mengutuk mengapa terlahir dari keluarga yang tidak berlebih, mengapa harus masuk dalam sekolah swasta yang biasa-biasa, mengapa harus memiliki lingkungan yang hampir-hampir merubah pendirian dan pola pemikiran saya .
Tapi jika saya dilahirkan kembali, saya tetap ingin menjadi diri saya yang ini.
Memiliki kehidupan dalam sebuah keluarga yang sepenuhnya memberikan motivasi, memberikan dukungan penuh atas setiap kegiatan positif yang saya jalani, memberikan arahan dan pemahaman dalam berfikir yang rasional, membatasi tanpa maksud membuhuh karakter hidup saya. dan ditindak tegas ketika saya terbukti benar-benar melakukan kesalahan.

Tanpa ada maksud mendiskreditkan seseorang, instansi maupun kelompok. Saya hanya risau akan jati diri

Bandung, 21 Agustus 2014
Heyyy24

Komentar