Bandung, 27 Mei 2014
Pukul 07 Pagi, kami melakukan perjalanan menuju Curug Cilengkrang yang menjadi
gerbang masuk Opsional Selain Objek Wisata Situs Batu Kuda dan Kiara Payung Jatinangor
untuk menuju puncak Manglayang.
Hal ini dikarenakan menurut pecinta alam yang ditemui teman saya, Sandi, beberapa hari lalu,
merupakan Allternatif jalan cepat sampai menuju puncak hanya dengan 2 atau 3
jam perjalanan, yang pada akhirnya kami yakini bahwa jalur pendakian ini tidak ada, atau mungkin orang yang katanya pecinta alam itu belum pernah ke Puncak Manglayang melalui Curug Cilengkrang.
The Story Begins
Pukul 08 Pagi, kami sampai di pintu masuk curug cilengkrang
Istirahat sebentar untuk memenuhi panggilan cacing-cacing yang meneriaki kata “nasi” dan hampir saja bakar ban di perut.
Setelah mengurus administrasi dengan biaya 25.000 rupiah untuk kami berlima dan
3.000 rupiah untuk biaya parkir 3 ekor motor, setengah jam kemudian kami
memulai langkah pertama menuju curug pertama, tidak seperti
curug-curug pada umumnya. Curug disini relatif tidak tinggi dan kecil.
|
Pos Pembelian Tiket |
|
Pandawa Empat |
Setelah curug pertama, kami langsung diberikan
pemanasan dengan tanjakan-tanjakan yang menyekik kaki, tetesan peluh dan napas yang sudah mulai tidak berirama (Lho), membuat kami
beberapa kali break di pos ini. Dari tempat kami break, pemandangan kota bandung cukup terlihat jelas dan menawan hati *ea
|
Edisi Lebay |
|
Break |
|
Bandung !! |
Melanjutkan perjalanan yang cukup ekstrim (baginewbieš)
karena terdapat beberapa longsoran tanah yang membawa jalur pendakian turun ke dasar aliran air, Tak lama kemudian kami menemukan
kembali sebuah curug yang juga tidak besar, menurut pengurus wisata di tempat
ini terdapat 7 buah curug, dan yang terbesar adalah curug ke 4 dan ke 7.
karena kami melakukan pendakian melalui jalur atas atau perbukitan, kami tidak
menghitung berapa curug yang sudah kami lewati.
Break untuk berfoto-foto ria dan membasahi kerongkongan dari 2 botol air
kemasan ukuran 2 liter yang dijunjung tinggi oleh Gilang sebagai leader yang
kami percayakan pada tim ini.
|
Trek |
|
Up |
|
Up |
|
Up |
|
Hutan |
|
Hutan |
|
Hutan |
|
Hutan |
Perjalanan kami terhenti di sebuah pohon tua tinggi besar yang tertanam sebuah plang besi bertuliskan “Batas Kabut”
dan disini kami putuskan untuk break.. break.. break !
|
Batas Kabut |
|
Batas Kabut |
Setelah makan, minum dan menghela nafas panjang.. kami meneruskan perjalanan
dengan membuat jalan pendakian baru, karena memang pendakian sepertinya tidak dianjurkan melebihi
batas pohon besar tadi. pohon besar, tanaman lebat, rumput liar, tanaman lebat lagi, rumput liar lagi, seperti itu terus sampai akhirnya
kami menemukan curug kecil untuk berhenti dan menyeka keringat dengan kejernihan
air di sana.. #brrrr
|
Curug Kesekian |
Langkah kaki ini berhenti beberapa kali karena mendapati jalan buntu dan tidak dapat
di akses sama sekali, hampir
menyerah dan memutuskan untuk pulang, tetapi malaikat berwujud 2 orang
laki-laki paruh baya dan 2 orang laki-laki sedikit muda (eheheš³) Pecinta alam dari
PT.Samudera Indonesia datang, mereka berencana pergi ke curug ke 7, pos
terakhir menuju puncak..
|
Trek |
|
Trek |
|
Hutan |
Setelah kira-kira setengah jam berjalan, Jalan benar-benar buntu, di bawah jurang dengan pohon-pohon besar menjulang. (puncak?)
terlihat jelas dan mustahil untuk sampai karena untuk mencapai nya kami harus dapat
terlebih dahulu melewati tebing tinggi yang mungkin itu adalah curug terakhir
atau ke tujuh.
|
Tebing |
Bapak-bapak itu kemudian
memutuskan untuk mengantar kami dengan menembus rimbunnya pepohonan dengan mendaki
dari bukit terjal sisi kiri kami dengan sudut kemiringan yang lumayan..
Kami mendaki dengan merangkak (dada ketemu sama paha) melalui pijakan
tanah gembur dan melintasi pohon-pohon tumbang dan tanaman liar yang malah
membantu kami untuk naik dengan memegangi akar tumbuhan tersebut sebagai tumpuan.
|
Trek Buatan Kami |
|
Trek Buatan Kami |
|
Trek Buatan Kami |
|
Widhi |
Sampai akhirnya ketika
kami mulai kehabisan tenaga, cahaya terang masuk di antara celah-celah
pepohonan membuat semangat kami kembali bergerilya..
dann.... (puncak bayangan?) menghamparkan keindahannya..
Pukul 01:00 siang, Kami
beristirahat sebentar, juga sedikit mendokumentasikan momen kebersamaan ini.
|
Kami Semua Tanpa Saya |
|
Sepatu Kami |
|
Pinus |
Pukul 02:00 Siang, kami tanpa tim samudera indonesia (yang sudah turun duluan) memutuskan untuk juga kembali turun, memang bukan rencana awal
kami untuk berkemah.
kami menuruni bukit tidak melalui jalan pada saat kami mendaki, melainkan
melalui ladang penduduk yang tandus. Jalur nya berputar-putar, tidak ekstrim tetapi
jalan terus menerus menukik kebawah. Bahkan kami sempat merusak ladang sawah milik pak tani dengan meluncur di sisi perbukitan dengan posisi badan tertelungkup karena jalan yang begitu terjal (ampuni kami) .
|
Ladang |
|
Bandung |
|
Bandung |
|
Pinus |
|
Engkong |
|
Gege, Engkong dan Widhi |
|
Mungkin dari kalian ada yang bisa menjelaskan dimana kami? |
|
|
Komentar
Posting Komentar